Gerakan Ayo Sekolah
Miris
rasanya melihat kondisi sebagian pelajar dan mahasiswa di Indonesia. Mereka
yang mampu dan mendapat kesempatan belajar pada pendidikan formal malah
terkadang asal-asalan dan malas belajar. Ada yang hanya memikirkan
cinta-cintaan/pacaran, bermain-main, bermewah-mewahan, meniru-niru
artis/idolanya, merokok, minum minuman keras, melakukan seks bebas, dan
sebagainya. Padahal, ada harga yang harus dibayar untuk bisa bersekolah. Uang,
tenaga dari orang tua dan diri mereka sendiri, dan bahkan waktu. Iya, waktu.
Waktu yang sejatinya adalah umur mereka telah dibiarkan berlalu tanpa menghasilkan
kemanfaatan maksimal dari bersekolah.
Di
sana, di tempat yang mungkin tidak diketahuinya, ada orang-orang yang begitu
ingin bersekolah. Namun mereka terkendala oleh banyak hal, misalnya biaya. Sekolah
harus dijalani sambil bekerja, ditempuh melalui medan yang sulit, dan terkadang
membuatnya putus sekolah (drop out) karena berbagai kesulitan tadi. Sebagian
yang lain malah tidak bisa mencicipi bangku sekolah sama sekali. Inilah yang
mungkin kurang disadari/terlupakan oleh pelajar-pelajar yang asal-asalan itu.
Atau bisa juga karena kurangnya empati/kepekaan sosial yang dimiliki sehingga
hal-hal tersebut tidak menggugah hatinya.
Tak
bisa dipungkiri bahwa masih banyak anak usia sekolah yang tidak bersekolah atau
putus sekolah. Di Bojonegoro misalnya, menurut informasi dari Kepala Dinas
Pendidikan Bojonegoro anak usia 7-18 tahun yang tidak mengeyam bangku sekolah berjumlah
667 anak (SD), 1.103 anak (SMP), dan 2.221 anak (SMA). Sementara itu, angka
putus sekolah di sana mencapai 1.330 anak (SD/MI), 3760 anak (SMP/MTs), dan 3042
anak (SMA). Ditengarai bahwa kondisi ini disebabkan antara lain karena kesulitan ekonomi, dinikahkan pada usia dini,
pengaruh lingkungan, dan membantu keluarga bekerja. Ini tentu tidak baik bagi
kemajuan Indonesia, khususnya kemajuan kabupaten Bojonegoro itu sendiri. Oleh
karena itu, pada 15 Juni 2015 lalu bupati Bojonegoro mencanangkan Gerakan Ayo
Sekolah. Gerakan ini merupakan ajakan, motivasi, dan anjuran, agar anak-anak
usia sekolah mulai dari jenjang pendidikan SD sampai perguruan tinggi bisa mengenyam
dan menyelesaikan pendidikan.
Terkait dengan masalah
anak putus/tidak sekolah, pemkab. Bojonegoro telah mengambil beberapa langkah
strategis sebagai berikut:
1.
Mengorientasikan Dana Alokasi Khusus
(DAK) untuk siswa SMA sederajat dengan besaran 500 ribu rupiah/siswa.
Rencananya, dana ini akan dinaikkan menjadi 2 juta rupiah/siswa pada tahun 2016
nanti.
2.
Mencanangkan program Ayo Sekolah, Anti Drop
Out, dan kejar paket.
3.
Memerintahkan para kepala desa untuk
memberi bantuan berupa seragam, sepatu dan peralatan sekolah kepada anak-anak
dari keluarga tidak mampu.
4.
Memberi bantuan biaya pendidikan sebesar
2 juta rupiah/mahasiswa kepada mahasiswa berprestasi (terutama mahasiswa
tingkat akhir) yang berasal dari kalangan tidak mampu.
Di
samping menerapkan langkah-langkah di atas, pemerintah juga berusaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembinaan, pendampingan, dan penguatan
terhadap sekolah-sekolah yang belum terakreditasi. Tak lupa pula untuk
memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan. Meskipun demikian masih banyak PR yang harus
diselesaikan, yaitu berupa 690 gedung SD negeri yang mengalami rusak berat dan
479 gedung yang mengalami rusak ringan. Gedung-gedung yang rusak ini masih
belum tersentuh akibat belum meratanya pembangunan di sana sehingga butuh untuk
segera diperbaiki. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah sinergi dari semua
pihak sangat diperlukan di dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik di
Bojonegoro.
Masa
depan suatu bangsa berada di tangan generasi muda. Apabila generasi mudanya berkualitas
maka suksesnya pembangunan nasional lebih mudah untuk diraih. Kualitas di sini
bisa didapatkan melalui pendidikan, salah satunya dengan bersekolah. Diharapkan
dengan adanya Gerakan Ayo Sekolah ini tujuan pendidikan nasional bisa tercapai,
yaitu untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; berakhlak mulia; sehat; berilmu; cakap; kreatif; mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Ayo Sekolah!
Ayo Membangun
Bojonegoro!
Ayo Membangun Negara!
Sumber:
http://www.panturajatim.com/warta/1169-sekolah-sd-negeri-di-bojonegoro-rusak
http://sp.beritasatu.com/home/42000-anak-di-bojonegoro-putus-sekolah/86794
http://www.beritalima.com/2015/06/15/meraih-mimpi-dengan-gerakan-ayo-sekolah/
http://news.okezone.com/read/2015/07/17/340/1182901/5-000-anak-di-bojonegoro-putus-sekolah
http://sdndeling20540531.blogspot.co.id/2015/06/bojonegoro-siap-launching-gerakan-ayo.html
http://infopublik.id/read/125784/222-mahasiswa-bojonegoro-peroleh-bantuan-pendidikan.html
Sumber gambar:
http://sdndeling20540531.blogspot.co.id/2015/06/bojonegoro-siap-launching-gerakan-ayo.html
iya mba dampak pergaulan serba permisif, jadinya remaja terbawa arus, sediih lihat mereka hura2 gak jelas...
BalasHapusWah mimpi apa mbak Dewi Rieka main ke blog saya. Harus punya filter diri yang baik memang mbak agar mereka tidak terbawa arus.
Hapus