Jumat, 16 Oktober 2015

Petani Bojonegoro Menjawab Tantangan Alam



Dalam hidup, kita bisa memilih, menyerah pada tantangan atau berjuang untuk mengatasinya. Tentunya kita diharapkan untuk memilih opsi yang terakhir karena sebagai manusia kita diciptakan dengan akal pikiran. Dengan akal pikiran yang dimiliki harapannya manusia bisa membuat hidupnya menjadi lebih baik. 


Sebagaimana manusia yang lain, petani Bojonegoro pun juga menghadapi tantangan dalam hidupnya. Kondisi alam Bojonegoro yang sulit membuat mereka harus ulet dan tangguh agar bisa tetap survive dan eksis.


Tahun ini cuaca ekstrim melanda. Suhu yang memanas menyebabkan kekeringan serta mengganggu pertumbuhan padi dan tembakau di sana. Hujan yang tidak turun selama berbulan-bulan membuat banyak embung atau sumur berkurang airnya. Sejumlah 170 embung (50% dari embung-embung di Bojonegoro) kini dalam kondisi kekurangan air. Bahkan, waduk Pacal yang biasa menjadi sumber air di Bojonegoro airnya menjadi sangat minim. Dalam kondisi demikian petani di sekitar Waduk Pacal dilarang menanam padi agar tidak merugi. Akhirnya, banyak dari mereka yang kemudian beralih untuk menanam kedelai atau palawija. 


Petani tembakau di kecamatan Kepohbaru juga mengalami kesulitan serupa, yaitu terkait dengan pemenuhan kebutuhan air tanamannya. Apalagi di sana tak ada sungai. Namun mereka tidak menyerah. Mereka berusaha menyiasatinya dengan menjarangkan penyiraman, membongkar kerak tanah, hingga membawa air sisa mandi ke sawahnya yang berjarak lebih dari satu kilometer.


Sementara beberapa desa menghadapi tantangan berupa kekeringan di saat musim kemarau, beberapa desa yang lain malah bermasalah saat musim hujan tiba. Desa Ngulanan termasuk desa yang demikian. Sawah di sana sering kebanjiran oleh luapan sungai Bengawan Solo kala musim hujan tiba. Apakah mereka menyerah? Tidak. Mereka mengubah pola tanam sehingga tetap bisa produktif di kedua musim tersebut. Caranya adalah dengan membudidayakan ikan di musim hujan dan bertani di musim kemarau. Bertani dengan menggunakan irigasi dari Bengawan Solo di musim kemarau bisa meningkatkan produktivitas pertanian mereka.


 Ilustrasi Petani
Gambar milik pribadi


Yang lebih wah lagi adalah cerita tentang Mbah Wo dan Pak Zaenuri. Dengan usaha yang keras sejak tahun 1984 akhirnya desa Ngringinrejo dan desa Mojo yang merupakan daerah langganan banjir berhasil disulapnya menjadi kawasan Agrowisata belimbing. Mereka tahu bahwa belimbing cocok dan berprospek baik jika ditanam di daerah langganan banjir. Mereka kemudian mensosialisasikannya hingga akhirnya jejaknya dalam menanam belimbing ini diikuti oleh sekitar 104 petani. 


Keuletan petani di Bojonegoro telah diakui dan mendapat apresiasi yang baik dari Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. Karena produktivitas pangan di Bojonegoro meningkat, pemerintah pusat bermaksud untuk menaikkan alokasi anggaran terhadapnya. Tak hanya itu, mereka juga akan mengirimkan bantuan berupa bibit bawang merah ke sana, lengkap dengan tenaga pendamping untuk meningkatkan kemampuan petani dalam usaha budidaya tanaman tersebut.


Sama-sama tinggal di Bojonegoro tetapi tantangan yang dihadapi oleh petani di sana bisa berbeda-beda. Apapun bentuk tantangan itu para petani di sana menunjukkan keuletan dan kerja keras untuk menghadapinya. Kerja keras itu berbuah manis. Berkat keuletannya banyak dari mereka yang berhasil menunaikan ibadah haji. Sekitar 45 persen dari jumlah jamaah haji Bojonegoro tahun ini berasal dari kalangan petani. Jumlah persentase ini meningkat dari persentase tahun lalu yang hanya 42 persen. Akhirnya, tak ada usaha yang sia-sia. Tugas kita adalah mengoptimalkan usaha dan doa sembari menyerahkan segala hasilnya kepada Allah!


Sumber:
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/26/058695155/calon-jemaah-haji-bojonegoro-didominasi-petani
http://suksesbisnisusaha.com/usaha-pertanian/belajar-memanfaatkan-lahan-pertanian-yang-mudah-terkena-banjir
http://daerah.sindonews.com/read/961988/151/puluhan-hektare-padi-terendam-banjir-1423466733
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/07/31/090688046/kemarau-petani-bantaran-bengawan-solo-malah-panen-padi
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2227781/petani-waduk-pacal-bojonegoro-pilih-tanam-kedelai
http://www.suarabojonegoro.com/2015/07/kekeringan-tanaman-tembakau-kerdil.html
http://posjatim.com/musim-kemarau-petani-tembakau-kesulitan-air-di-bojonegoro/
http://surabaya.tribunnews.com/2015/08/19/petani-tembakau-bojonegoro-terpukul-cuaca-ekstrem
http://www.beritaekspres.com/2015/09/11/penuh-suka-cita-petani-desa-mojoranu-bojonegoro-dalam-rangka-panen-raya-kedelai/
http://video.metrotvnews.com/play/2015/09/11/430089/petani-di-bojonegoro-airi-tanamannya-dengan-air-selokan
http://www.suarabojonegoro.com/2015/06/petani-bojonegoro-akan-banjir-bantuan.html’
http://www.suarabojonegoro.com/2015/07/air-waduk-habis-dinas-pengairan-himbau.html

1 komentar: