Sabtu, 23 Agustus 2014

TEMPE, PENAWAR PAHITNYA JAMU


Penggolongan Obat Tradisional

Jamu tergolong dalam obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Permenkes RI No.246/Menkes/Per/V/1990). 

Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.


TEMPE, PENAWAR PAHITNYA JAMU




1.         Jamu (Empirical based herbalmedicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun, umumnya mengacu pada resep peninggalan leluhur. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun-temurun.

2.         Obat herbal terstandar (Scientificbased herbal medicine)

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Prosesnya membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan mahal, tenaga kerja ahli / terampil, dan ditunjang dengan penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) sesuai standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

3.         Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah hingga uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.


Perkembangan Jamu

Jamu sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Beberapa buktinya dapat diketahui dari Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit dan cerita Mahakarmmawibhangga pada relief candi borobudur.

Penerimaan masyarakat akan jamu makin lama makin meningkat, baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa obat sintetik dan antibiotik lebih berbahaya daripada obat herbal (jamu). Fenomena ini dikenal dengan nama Gelombang Hijau Baru (New Green Wave). Meskipun demikian masih banyak di antara mereka yang mempertanyakan mutu, keamanan, dan manfaat obat tradisional (jamu). Untuk mengatasi hal itu Kementrian Kesehatan RI mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 03/MENKES/PER/2010 tentang Saintifikasi Jamu. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.

Perkembangan jamu juga terlihat di institusi formal. Di institusi formal mulai diajarkan mengenai obat-obatan tradisional. Sebut saja misalnya di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta yang telah memiliki program studi D3 Jamu dan Universitas Airlangga Surabaya yang memiliki program studi D4 Pengobatan Tradisional. Tak hanya itu, 250 rumah sakit di Indonesia juga mendukung pengembangan pengobatan tradisional, herbal maupun alternatif. Hal ini sudah tampak misalnya di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Ada juga museum jamu, cafe jamu, dan masih banyak lagi upaya untuk memperkenalkan dan mengembangkan jamu dari Indonesia.


TEMPE, PENAWAR PAHITNYA JAMU

Museum jamu  Nyonya Meneer Semarang Kaligawe



Jamu selalu pahit?

Jika seseorang ditanya tentang jamu, mungkin yang terlintas pertama kali adalah tentang rasanya yang pahit. Benarkah semua jamu pahit? Tidak. Ada juga jamu yang berasa asam, pedas, manis, atau asin. Beberapa jamu memang berasa pahit, misalnya jamu cekok dan jamu pahitan. Jamu pahitan berbahan utama sambiloto. Jamu ini tanpa pemanis, sebagai gantinya setelah meminumnya dilanjutkan dengan meminum sinom / kunir asam. Jamu pahit yang lain juga bisa terbuat dari kulit batang kina (Cinchona ledgeriana Moens) dan bunga tagetes (Tagetes erecta L.). Bunga tagetes ini pahit, sejuk, dan berbau khas. Tanaman ini berkhasiat sebagai antiradang, mengencerkan dahak, obat batuk, peluruh kencing (diuretik), dan memperbaiki gangguan pencernaan.


TEMPE, PENAWAR PAHITNYA JAMU




Pahitnya jamu, manisnya khasiat

Sensor pahit adalah sensor rasa yang paling sensitif. Hal ini dikaitkan dengan upaya tubuh dalam mencegah keracunan zat (umumnya zat berbahaya berasa pahit). Bagian lidah kita yang paling peka terhadap rasa pahit adalah pangkal lidah. Zat pahit akan menstimulasi reseptor pahit di daerah itu dengan membentuk ikatan intramolekuler dengan reseptor, atau melalui mekanisme non reseptor. Reseptor pahit di sini berupa reseptor G-coupled protein TAS2Rs (tastereceptors, type 2, atau T2Rs). Reseptor-reseptor pahit ini pada manusia tidak hanya terdapat di lidah (rongga mulut), tetapi juga di saluran pencernaan, sel neuroendokrin serta sel pada rongga pernafasan dan paru-paru.
Baik jamu dengan rasa asam, pedas, manis, asin, ataupun pahit mempunyai kegunaan tersendiri. Rasa pahit misalnya, berfungsi untuk menghilangkan panas dan lembab. Di antara kegunaan dari rasa pahit adalah sebagai berikut:
·      Beberapa zat pahit dapat membantu fungsi pencernaan dan merangsang nafsu makan.
Efek ini hanya dijumpai pada pasien dalam kondisi malnutrisi, cachexia, atau lemah (bukan pada pasien normal).
·      Rangsangan pahit di lidah dan lambung akan memicu sekresi asam lambung, pepsin dan gastrin, bersifat koleretik (menstimulasi produksi empedu oleh sel hati) dan kolagogum (menstimulasi pelepasan garam empedu) serta membantu fungsi pankreas. Beberapa penyakit kronis seperti rosacea, penyakit pada kantung empedu, asma dan eksim dihubungkan dengan rendahnya keasaman lambung.
·      Membantu penyerapan nutrisi dan menyeimbangkan flora normal usus.
·      Mengatasi gatal-gatal karena alergi makanan, kembung, sembelit, mual, dan kram perut.
·      Membantu detoksifikasi.
·      Mengurangi peradangan.
·      Membersihkan darah.
·      Meningkatkan energi dan fungsi kekebalan tubuh.
·      Menenangkan depresi.


Pilih tetap pahit atau tidak?

Tidak hanya Indonesia yang memiliki jamu; negara lain seperti Amerika Serikat, Cina, Korea, dan India juga. Namun, seharusnya Indonesia lebih dikenal dari mereka semua karena keanekaragaman biologiknya merupakan yang terbesar di dunia. Diakui atau tidak pahitnya jamu menjadi tantangan tersendiri bagi pemasarannya. Untuk meningkatkan penerimaan pasar, maka harus ada cara untuk meminimalisir / menghilangkan rasa pahit tersebut.


TEMPE, PENAWAR PAHITNYA JAMU

Permen kayu putih


Cara yang biasa ditempuh masyarakat sejauh ini adalah mencampur jamu dengan madu, minum sinom / kunir asam sesudah minum jamu yang pahit, mengulum permen kayu putih sesudah minum jamu (permen hijau berlapis gula pasir yang biasa ditemui pada penjual jamu rombong), atau ada pula yang mengulum es di lidah sebelum minum jamu yang pahit (agar lidah mati rasa). Yang sebaiknya dihindari adalah upaya menghilangkan rasa pahit dengan anggur obat (anggur kolesom). Anggur semacam ini sering dijumpai di rombong-rombong penjual jamu keliling (dan mungkin juga warung-warung jamu). Selain dianggap mampu menghilangkan pahit, minuman itu juga dapat menghangatkan tubuh. Namun jangan salah, anggur obat (anggur kolesom) ini haram. Proses pembuatannya sama dengan wine dan kadar alkoholnya di atas 5 persen. Dan yang terpenting adalah, anggur ini membuat mabuk jika diminum dalam dosis besar. Ingat ya, HARAM.

Di antara semua cara menghilangkan rasa pahit yang ada, penting juga untuk memperhatikan agar efek pengobatan yang diharapkan dari jamu pahit tersebut tidak terganggu / hilang. Hal ini bisa didapatkan jika reseptor pahit tetap terstimulasi atau interaksi senyawa aktif dengan reseptor pahit tidak terganggu. Stimulasi reseptor pahit berdasarkan pada ikatan elektrostatik antara senyawa aktif yang bermuatan positif dengan reseptor yang bermuatan negatif dan atau melalui ikatan hidrofobik dengan senyawa tidak bermuatan. Jika senyawa penghilang rasa pahit tersebut mampu berikatan dengan zat pahit yang bermuatan positif atau mengurangi muatan positif zat pahit yang terbentuk maka tidak cocok digunakan sebagai penawar pahitnya jamu. Sementara itu, pembuatan sediaan sirup hanya merubah persepsi pahit tanpa mengganggu reaksi intramolekular antara zat pahit dengan reseptor, sehingga tampak seperti pilihan tepat dalam mengatasi pahitnya jamu. Meski demikian, kecepatan rasa pahit dalam terdeteksi jauh melebihi rasa manis dan durasi rasa pahit bertahan lebih lama daripada rasa manis, asin, atau asam. Dengan demikian, upaya menutupi rasa pahit dengan rasa yang lain (rasa manis misalnya) membutuhkan “rasa lain” dalam jumlah yang jauh lebih besar.


Tempe, penawar pahit yang halal


TEMPE, PENAWAR PAHITNYA JAMU

Tempe

Gambar milik pribadi

Tempe ternyata mampu menghilangkan rasa pahit pada makanan dengan cara yang menakjubkan. Cukup makan sepotong tempe goreng setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang pahit maka rasa pahit tersebut akan hilang dalam sekejap. Makanan tradisional berbahan kacang kedelai ini merupakan hasil fermentasi dari jamur Rhizopus oligosporus. Sebagaimana jamu, tempe pun mulai dikenal di dunia. Tempe mengandung protein, lemak, serat, kalsium, fosfor, zat besi, tembaga, seng, mangan, inositol, magnesium, isoflavon, asam amino (18 jenis), asam oleat, asam linolenat, vitamin A, B1, B2, B6, B12 (sangat tinggi), C, D, E, K, antibiotik, antiracun, antioksidan, genestein, fitoestrogen, dan karoten. Banyak biji yang bisa menjadi bahan tempe, namun hanya tempe berbahan kedelai yang sering saya gunakan untuk menghilangkan rasa pahit dari apa yang saya konsumsi (saya lupa detailnya apa saja namun selalu berhasil).

Khasiat tempe sebagai penawar pahit saya dapatkan dari ibu. Bagaimana mekanismenya, kandungan apa yang dapat menghilangkan rasa pahit tersebut, serta apakah tempe berbahan non kedelai berkhasiat sama, dan apakah menghilangkan rasa pahit jamu dengan makan tempe dapat mengurangi efek pengobatan dari jamu tentu saja memerlukan penelitian lebih lanjut. Apabila ternyata tempe tidak mengurangi khasiat dari jamu, maka mengusung tempe sebagai teman minum jamu merupakan suatu ide yang baik. Tak hanya berkhasiat, halal, reaksinya cepat pula. Di zaman sekarang jamu-jamu diupayakan agar rasanya manis atau disukai, tetapi jika khasiatnya menjadi berkurang / hilang apalah artinya. Tempe dan jamu, keduanya merupakan kekayaan alam tradisional asli Indonesia yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Mengangkat keduanya secara bersamaan sama seperti pada peribahasa “Sekali Merengkuh Dayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui”.


Referensi :

Http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/574-herbal-plants-collection-tagetes
Http://www.litbang.depkes.go.id/riset-jamu
Http://jamupoltekkessolo.wordpress.com
Http://blogkumantap.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Http://www.beritasatu.com/kesehatan/177435-250-rs-di-indonesia-siap-kembangkan-pengobatan-tradisional.html
Http://bukuqw.blogspot.com/2012/12/penawar-rasa-pahit.html
Http://www.republika.co.id/berita/shortlink/21549
Http://edwien.wordpress.com/
Http://health.detik.com/read/2013/01/03/072624/2131791/766/minuman-pahit-bisa-atasi-gangguan-perut--cegah-kenaikan-berat-badan
Http://farmasi.ugm.ac.id/mipto/review-penelitian-149-jamu-harus-pahit.html

8 komentar: