Minang Village atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM)
Sumber: Pelangiholiday.com
Sebuah
kota kecil seringkali disepelekan, tetapi jangan coba menyepelekan kota yang
satu ini. Kota itu adalah Padang Panjang. Dengan luas hanya 23 kilometer
persegi, praktis ia menjadi kota terkecil di Sumatera Barat. Tetapi jangan
salah, potensinya sangat luar biasa. Terlebih, dengan ukurannya yang kecil tadi
seharusnya ia dapat mengubahnya menjadi sebuah keuntungan ganda. Karena bisa
dioptimalkan lebih maksimal dan bisa memperoleh partisipasi masyarakat lebih besar,
jika terorganisir dengan baik.
Sering
dipandang sebelah mata oleh kalangan luar membuat Padang Panjang sepertinya
menjadi kurang percaya diri. Meskipun ada banyak tempat wisata menarik di sana,
konsepnya kurang terfokus. Belum mengenai sesuatu yang khas ala Padang Panjang.
Tidak, itu tidak buruk. Tetapi izinkan saya untuk mengutarakan pemikiran saya
ini, yang menurut pandangan saya bisa membuatnya lebih baik.
Sebelumnya,
saya akan memaparkan suatu ilustrasi. Misalnya seorang penulis buku. Ia harus
tahu sasaran pembacanya siapa agar bukunya bisa laku keras. Ia akan menulis
topik yang disukai/dicari oleh target pembacanya, gaya bahasanya disesuaikan
dengannya, desainnya, juga pemasarannya. Mayoritas penerbit akan memberikan
form untuk mendata itu. SEGMEN/TARGET, itu adalah kata kunci di sini. Jadi,
sebuah buku tidak akan bisa berisi semua yang diinginkan berbagai jenis orang.
Kita tidak akan bisa memuaskan semua orang. Harus terfokus.
Dalam
konteks daerah, contohnya adalah Singapura. Dia mem-branding diri
sebagai negara kota. Atau Paris, sebagai kota mode/kota belanja. Semacam itu.
Nah,
sekarang, Padang Panjang ingin mem-branding diri sebagai apa? Siapa
segmennya?
Sudahkah
Anda tahu, baru-baru ini Korea Utara memperkenalkan konsep wisata unik di
negaranya. Yaitu wisata pertanian. Sangat mengejutkan. Negara yang terkenal
sangar, tertutup, dan menakutkan itu memilih konsep wisata seperti itu. Mereka
tidak malu. Padang Panjang juga seharusnya begitu. Tak perlu ikut-ikutan daerah
lain. Kenali potensi yang khas atau terbesar di sana, lalu optimalkan.
Berikut
ini adalah beberapa alternatif branding yang menurut saya khas dan cocok untuk
Padang Panjang:
1. Wisata
pendidikan Islam
Kota Padang Panjang selain dikukuhkan
sebagai Serambi Mekah oleh DPRD setempat, juga pernah mendapat julukan dari
Belanda dengan sebutan Mesir van Andalas/Egypte van Andalas (Mesir di tanah
Sumatera). Seperti kita tahu, Mesir terkenal dengan pendidikan Islamnya. Padang
Panjang juga sangat potensial untuk itu. Di sana ada sekolah agama modern
pertama di Indonesia, yakni Diniyah Putri dan Diniyah School, serta yayasan
pendidikan Thawalib tempat Hamka pernah menuntut ilmu. Ada pula Pesantren
Terpadu Serambi Mekkah. Mirip Mesir, dan itu boleh-boleh saja, tetapi harus
lebih baik dan memiliki sesuatu yang berbeda.
2. Wisata
halal
Wisata halal sangat cocok dengan Padang
Panjang, karena secara alami masyarakat di sana 99%-nya muslim. Apalagi keislamannya
terkenal kuat. Cocok digunakan sebagai tempat wisata halal atau wisata Islami,
dengan branding berupa role model penerapan Islam yang baik, benar, dan
komprehensif.
3. Ekowisata
dan agrowisata
Wisata berkonsep desa sepertinya masih
jarang ditemui. Bila Padang Panjang bisa memelihara daerahnya menjadi tetap
bersih, indah, dan hijau, maka wisata seperti ini akan banyak dicari. Di tengah
dunia yang sudah penuh polusi, macet, dan stresnya kehidupan, orang akan
kembali ke alam. Mereka mencari ketenangan, kedamaian, udara bersih, kicauan
burung-burung di hutan, dan sapaan ramah dari orang-orang sekitar. Apalagi, hal
ini didukung dengan Perda Nomor 8 Tahun 2009 tentang larangan iklan rokok luar
ruangan dan kegiatan merokok di depan umum, maka menjadi semakin baik untuk
mempromosikan udara yang bersih dan segar yang ada di sana. Jadi, Padang
Panjang sudah memiliki seluruh modal tadi. Tinggal dipoles, misalnya dengan
memberi ayunan unik, bangunan unik, spot-spot buatan yang indah untuk foto,
disertai wisata petik buah, bertani, perah susu sapi, pembuatan kompos/biogas,
dan lain-lain. Sasarannya bisa untuk penderita jantung dan penyakit pernapasan,
orang-orang yang stres, orang-orang yang membutuhkan ketenangan, penyuka foto, pembelajaran
murid-murid/anak kota, pemancing, peneliti ekosistem, pembuat film, pendaki
gunung pemula, tempat syuting video klip lagu, pramuka atau orang-orang yang
akan berkemah, atau lainnya. Bagaimana dengan Singapura? Mungkin bisa disasar
juga, karena ia adalah negara kota.
Lokasi Padang Panjang yang terletak pada
dataran tinggi, ditambah dengan 20,17 persen dari daerahnya yang tanahnya
berjenis andosol, membuat kota ini baik untuk pertanian dan hortikultura. Setidaknya,
sekitar 57 persen wilayah Padang Panjang merupakan sawah, kebun, hutan rakyat,
dan empang; meskipun tidak semuanya produktif. Di sini, banyak dihasilkan sayur
mayur serta beras.
Jangan lupakan pula tentang sektor peternakan!
Daging sapi potong di sini sudah sangat terkenal rasa dan keempukannya. Selain itu,
sapi perah di Padang Panjang juga menghasilkan susu yang lebih banyak daripada
daerah dataran rendah. Ini bisa dikembangkan menjadi makanan dan minuman yang
enak dan sangat khas daerah itu. Hanya yang bernilai 9 atau 10. Jangan sekadar
menyajikan produk-produk yang sudah banyak di pasaran, buatlah sesuatu yang
baru. Sesuatu yang jika orang melihat atau mencicipinya akan langsung berkata, “Oh,
ini pasti Padang Panjang.”
Di Padang Panjang sudah ada semacam itu,
yaitu Puncak Silaing Indah dan Minang Village. Tinggal ditambah lagi dengan
wisata-wisata pendukung yang serupa.
4. Wisata
hujan
Bila Bogor mendapat julukan sebagai kota
hujan di Jawa, maka Padang Panjang merupakan kota hujan di Sumatera. Di sana, jumlah
hari hujan cukup tinggi, yaitu rata-rata 256 hari per tahun. Sedangkan curah
hujannya rata-rata 3.295 mm/tahun. Ini termasuk salah satu dari kekhasan Padang
Panjang juga. PR-nya adalah, apa yang terpikir pada diri Anda jika harus
menghubungkan antara hujan dan wisata. Apakah spot foto yang menarik? Ruang
dengan pelangi buatan mungkin? Atau ... yah itu adalah PR Anda untuk
mencarinya.
5. Wisata
bunga
Belanda berhasil membawa negaranya
menjadi terkenal dengan tulipnya. Jepang dengan Sakuranya. Kalau Padang
Panjang?
Mengunjungi kota ini Anda akan disambut
dengan bunga-bunga yang indah. Dimulai dari gerbang masuk kota di Silaing bawah,
Anda akan dimanjakan dengan bebungaan beraneka rupa dan warna di sepanjang
jalannya. Dari Silaing hingga ke perbatasan kota jelang Penyalaian Tanah Datar,
berderet-deret masyarakat membuka usaha tanaman hias. Begitupun halaman-halaman
rumah warga. Jadi, Padang Panjang potensial sebagai kota bunga/wisata bunga.
Padang Panjang terkenal dengan bunga
potongnya, yaitu bunga-bunga semacam Anthurium (panah asmara). Tetapi sayang,
75 persen darinya belum dipasarkan. Sedangkan sisanya, hanya dipasarkan terutama
ke Padang.
Sebenarnya, dulu pernah digagas wacana
untuk menjadikan Padang Panjang sebagai kota bunga. Tetapi entah mengapa
keinginan tersebut seperti menguap begitu saja.
Kini saatnya keinginan itu dimunculkan
lagi, dengan mencari konsep yang terbaik. Yaitu bagaimana cara membuat kota
bunga itu terwujud dengan indah dan berbeda dari yang lain.
Kelima
branding di atas adalah yang menurut saya paling sesuai untuk Padang Panjang. Lebih
baik lagi bila satu atau lebih darinya bisa disinergikan. Hal itu bukan berarti
mengabaikan potensi wisata lainnya (yang tidak terpilih dari 5 tadi atau bahkan
yang tidak masuk ke dalam 5 tadi), mereka tetap dijual tetapi sebagai pelengkap
di dalam paket wisata tersebut.
Misalnya,
saya mem-branding Padang Panjang sebagai sekolah wisata yang islami. Sekolah
ini akan dibuat terkenal seperti Mesir. Tetapi, berbeda dengan sekolah pada
umumnya, sekolah ini akan mempunyai pemandangan yang indah (integrasi dengan
ekowisata dan agrowisata). Berbatasan langsung dengan tempat-tempat wisata yang
indah. Bersekolah di sana menjadi tidak membosankan. Juga bisa langsung belajar
sambil praktek, atau belajar di alam (luar ruangan). Di sana juga ditanami bunga-bunga
yang indah (integrasi dengan wisata bunga). Tak lupa pula, ia akan mengaplikasikan
konsep all about halal di dalamnya. Konsepnya utamanya tetap wisata
pendidikan Islami, tetapi berupa sekolah internasional yang unik dan luar
biasa. Syukur-syukur jika nanti mendapat prestasi lain seperti sekolah pencetak
hafidz juara, sekolah pencetak ulama dunia, dan semacamnya. Begitu contohnya.
Secara
nyata, sebenarnya contoh pelaksanaan konsep semacam ini sudah ada. Misalnya
sekolah Nurul Ikhlas, yang terletak sekitar 3 kilometer dari perbatasan Padang
Panjang-Tanah Datar. Sekolah ini diapit oleh Gunung Marapi dan Singgalang di
timur laut dan barat laut, serta danau Singkarak di tenggara. Dalam radius 1-1,5
kilometer dari sekolah, penghuni sekolah bisa melihat berbagai spot menarik. Di
sisi barat mereka akan menemukan habitat asli monyet dan lutung. Jika berjalan sedikit
dari sekolah, ada desa pandai sikek dan kebun jeruk. Selain itu, sekolahnya
juga dekat dengan sungai kecil/bandar, dan air terjun mini. Sangat menarik
bukan berpetualang kecil-kecilan dengan menyusuri sungai dan rimba, serta naik
bukit dan turun ke lembah melepas penat dengan menikmati segarnya air sungai di
lembah. Ajaibnya lagi, semuanya ada di belakang sekolah Nurul Ikhlas ini. Sungguh
fantastis.
Padang
Panjang juga bisa membuat yang semacam itu, dengan konsep yang lebih baik
tentunya. Dengan menyesuaikan berdasarkan potensi alaminya, diharapkan
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di sana menjadi lebih pesat.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis “Potensi Pariwisata Kota Padang
Panjang”
Sumber:
http://padangpanjangkota.go.id/
https://www.gosumbar.com/berita/baca/2016/11/10/inilah-rute-wisata-sambil-jalan-kaki-di-padang-panjang-yang-tiada-duanya#sthash.1WaKNjOX.dpbs
http://www.kompasiana.com/muhammadsubhan/sudah-selayaknya-padang-panjang-menjadi-kota-bunga_55090675813311941cb1e2ff
https://mymagnificentindonesia.wordpress.com/tag/tempat-wisata-di-padang-panjang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar