Gerbang kota Kudus
Kesehatan adalah salah satu harta
kita yang paling berharga. Dengan tubuh yang sehat kita bisa melakukan berbagai
aktivitas dengan lebih baik dan dengan kesehatan pula kita bisa mendukung suatu
kota menjadi semakin tumbuh dan berkembang. Termasuk dalam kesehatan di sini adalah
berupa kesehatan fisik, psikis/mental, dan kesehatan spiritual.
Kudus merupakan salah satu daerah
yang peduli akan kesehatan. Kabupaten ini memiliki banyak julukan, di antaranya
adalah kota santri. Terkait dengan kesehatan ada slogan yang berlaku di sana,
yaitu SEMARAK. SEMARAK adalah akronim dari Sehat, Elok, Maju, Aman, Rapi, Asri,
dan Konstitusional. Dari kepanjangan SEMARAK tadi kita bisa melihat bahwa aspek
“sehat” juga termasuk di dalamnya.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
rangka menjaga dan memperbaiki kesehatan di Kabupaten Kudus, yaitu meliputi:
1.
Pangan
a.
Kecukupan pangan
Persawahan
Gambar milik pribadi
Pangan yang cukup adalah syarat utama untuk sehat. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari, Kantor Ketahanan Pangan kudus membina warga untuk memanfaatkan demplot pekarangan. Setiap demplot terdiri dari pengadaan bibit tanaman, benih ikan, pakan ikan, kolam terpal, pupuk, pakan ternak dan ventrikultur. Program ini penting karena rumah tangga pertanian di Kudus menurun drastis dari tahun ke tahun. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus mengalami penurunan dari Sejumlah 107.000 (2003) menjadi 51.000 (2013). Dari 51.000 tersebut, sekitar 39.830 petani di Kudus merupakan rumah tangga petani gurem dengan lahan kurang dari 0,5 hektare. Selain itu, risiko ancaman ketahanan pangan juga semakin meningkat karena generasi muda di sana tidak tertarik untuk terjun ke bidang pertanian.
Kudus memiliki 19 lumbung pangan, akan tetapi sebagian
di antaranya masih mangkrak karena belum dipasangi jaringan listrik dan lokasinya
yang rata-rata berada di atas lahan sawah tanah bondo deso (jauh dari
pemukiman). Hal ini sangat disayangkan mengingat biaya pembangunan total
lumbung tersebut yang mencapai sekitar 3,5 miliar. Lumbung-lumbung semacam ini
akan lebih baik jika dioptimalkan pemanfaatannya. Ke depannya, dalam membangun
apa pun sebaiknya direncanakan dengan baik dan diupayakan agar bisa benar-benar
dimanfaatkan (tidak mangkrak). Seperti lumbung ini, sebenarnya bisa berfungsi
sebagai tempat persediaan pangan di saat kondisi sulit.
b.
Gizi pangan
Tak sekadar jumlahnya yang cukup, nilai-nilai gizi pangan pun harus diperhatikan. Pastikan Anda memilih hanya makanan yang sehat serta bergizi lengkap dan seimbang. Dalam rangka memasyarakatkan olahan pangan lokal berbahan non beras, Kantor Ketahanan Pangan di Kudus membina dan melatih masyarakat untuk mengembangkan produk pangan lokal menjadi olahan makanan bergizi tinggi, lezat, dan menarik. Jangan lupakan pula aspek lezat dan menarik! Makanan yang menarik tentu akan lebih menggugah selera.
c.
Keamanan pangan
Keamanan pangan tak hanya berpengaruh terhadap
kesehatan tetapi juga keselamatan manusia. Pangan yang tidak aman bisa secara
sadar atau tidak kita konsumsi sehingga membawa pengaruh buruk bagi tubuh,
mulai dari melemahnya daya tahan tubuh hingga kematian. Banyak hal dapat
menyebabkan pangan menjadi tidak aman, misalnya penggunaan pupuk kimia yang
tidak seimbang dan jajanan yang tidak sehat. Penggunaan pupuk kimia misalnya,
telah terbukti merusak 60% lahan pertanian dari total lahan yang mencapai
20.000 hektare di Kudus. Di kecamatan Undaan contohnya, sentra pangan utama
sekaligus lumbung pangan Kudus. Kondisi ini perlu segera diatasi dengan mengimbau
petani-petani di lahan semacam itu untuk beralih menggunakan pupuk organik yang
lebih ramah lingkungan. Jika tidak, tentu tidak baik bagi keberlanjutan
pertanian di kabupaten Kudus yang merupakan salah satu kabupaten penghasil padi
potensial di Jawa Tengah.
Jajanan Sekolah
Di sisi lain, sebanyak lebih dari 50% jajanan di
lingkungan sekolah masih tidak sehat. Masih banyak jajanan yang mengandung
bahan berbahaya misalnya boraks, formalin serta rodhamin B dan methanyl yellow.
Sebaiknya murid membawa bekal dari rumah atau di sekolah dibentuk suatu kantin
sehat agar mereka terhindar dari bahaya ini. Dibutuhkan pula peran orang tua di
dalam mengawasi jajanan anak-anak tersebut.
2.
Krisis air bersih dan kekeringan
Hingga akhir tahun 2014, program penyediaan air bersih
untuk warga Kudus baru mencapai 81,37% dari total warga setempat. Ini artinya
masih banyak warga Kudus yang belum bisa menikmati air bersih layak konsumsi.
Keadaan diperburuk dengan adanya krisis air bersih. Krisis air bersih yang
terjadi bisa disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah eksploitasi air
berlebihan secara komersial di kawasan sumber mata air Pegunungan Muria di Desa
Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Kerusakan hutan di
lereng pegunungan Muria telah merusak Daerah Aliran Sungai (DAS) di sekitar
Muria dan sekitar Kudus. Akibatnya, debit air sungai di Kudus juga menurun. Kini
sungai-sungai di Kudus airnya bisa berkurang atau habis saat kemarau tiba,
misalnya Sungai Piji, Dawe, Logung, dan Gelis. Kondisi ini sangat serius, bahkan
upaya untuk menormalkan DAS bisa membutuhkan waktu lebih dari 50 tahun secara
terus-menerus.
Petani di kawasan pegunungan Muria adalah salah satu
pihak yang merasakan dampaknya. Sudah tiga tahun hasil pertanian mereka menurun
karena kesulitan mengalirkan air ke ladang. Akibatnya, terjadi konflik sosial
antarwarga selama bertahun-tahun, terutama dari kalangan pengusaha air dan
petani. Agar konflik tidak berlarut-larut perlu dibentuk peraturan daerah yang
mengatur pemanfaatan air permukaan tanah.
Krisis air bersih
Beberapa media massa menuliskan artikel bahwa beberapa
desa di kudus mengalami kekeringan. Akan tetapi, menurut bupati Kudus yang
terjadi di sana hanya sebatas keterbatasan air, belum sampai pada tahap
kekeringan. Maksudnya belum sampai pada tahap kritis, hanya kekeringan biasa.
Berita di dalam media massa menyebutkan bahwa sekitar
20 hektare sawah di Desa Hadiwarno Kecamatan Mejobo mengalami gagal panen untuk
yang pertama kalinya. Padahal, sudah sejak 30 tahun lebih peristiwa itu tidak
terjadi. Diduga hal ini disebabkan karena kekeringan dan menurunnya debit air
sungai Logung yang menjadi andalan irigasi.
Kondisi rawan kekeringan mengancam 15 desa di 6
kecamatan di Kabupaten Kudus. Desa-desa tersebut antara lain Desa Kedungsari
(Kecamatan Gebog), Desa Blimbing Kidul, Desa Setrokalangan, Desa Sidorekso,
Desa Banget, Desa Kedungdowo (Kecamatan Kaliwungu), Desa Tanjungkarang
(Kecamatan Jati), Desa Kutuk dan Lambangan (Kecamatan Undaan). Kemudian, Desa
Sidomulyo, Desa Pladen, Desa Sadang (Kecamatan Jekulo), serta Desa Temulus,
Desa Jojo, Desa Payaman (Kecamatan Mejobo).
Di Desa Jojo, Kecamatan Mejobo, kekeringan telah
terjadi sejak beberapa bulan yang lalu, terutama di bagian selatan. Sungainya
sampai mengering. Banyak warga membuat sumur bor untuk mengatasinya, tetapi
airnya asin. Lagipula jika pengeborannya terlalu dalam warnanya akan kuning. Akhirnya
warga memilih solusi lain yaitu dengan memanfaatkan air galon. Jika air galon tidak
ada terpaksa mereka harus memasak dan meminum air yang kuning dan asin
tersebut. Bukan cuma itu, kekeringan di Desa Jojo juga membuat sawah di sana
sama sekali tak bisa ditanami, walau ditanami palawija sekalipun.
Desa Kutuk bernasib serupa. Sumur di sana mulai tak
mengeluarkan air. Untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK) warga di sana
mengandalkan air dari sungai yang sebenarnya cukup kotor.
Kondisi krisis air dan atau kekeringan bisa
mempengaruhi kesehatan. Warga di daerah tersebut berpotensi untuk minum air
yang kotor/tidak layak, mandi dan MCK dengan air kotor, kekurangan pangan, dan
sebagainya. Kesemuanya ini berdampak kepada kesehatan tubuh.
Krisis air bersih diprediksi akan terus berlangsung
selama musim kemarau. Kondisi ini ditandai dengan adanya pengurangan elevasi
pada pompa produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Untuk mengatasinya, sumber
air baku melalui sumur air bawah tanah (ABT), pasokan air baku dari waduk
Logung dan proyek sistem penyediaan air minum (SPAM) Dadi Muria perlu ditambah.
Selain itu, petani yang lahannya kekeringan diimbau agar membuat sumur pantek.
3.
Kebersihan
Kebersihan adalah pangkal kesehatan. Selain itu,
kebersihan juga sebagian daripada iman. Sebagai Kota Santri kebersihan di
segala bidang harus lebih diperhatikan. Memahami akan hal ini maka pada akhir
tahun ini pemkab Kudus akan mengadakan 90 becak motor sampah dalam bentuk pinjaman
ke desa-desa. Namun demikian pemandangan yang kurang sedap masih dijumpai di
beberapa sudut kota, di antaranya di museum kretek Kudus, Pasar Bitingan, Puskesmas
kaliwungu, Puskesmas Gribig, saluran air alun-alun Simpang Tujuh (salah satu
dari saluran air yang dipenuhi sampah-telah dibersihkan), dan rusunawa di
Bakalan Krapyak, Kaliwungu, Kudus. Di rusunawa misalnya, gorong-gorong dan
saluran pembuangan airnya masih terbuka sehingga menimbulkan bau yang tidak
sedap.
Dalam hal kebersihan, Kudus meraih ranking 63 dari 99
kabupaten/kota kategori sedang dan kecil di Jawa pada penilaian Adipura tahap
pertama. Menurut tim penilai Adipura, Kudus belum pandai dalam mengelola
sampahnya. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya timbunan sampah yang tidak
bisa diangkut ke TPA. Padahal, penilaian yang dilakukan lebih ditekankan pada kemampuan
dalam mengurangi produksi sampah. Sampah yang ada harus diolah dulu agar tidak
seluruhnya dibuang ke TPA. Misalnya, sampah sisa makanan bisa diolah menjadi
pakan ternak/pupuk, sampah kemasan bisa dibuat tas dan berbagai kerajinan, dan
lain-lain.
Untuk meningkatkan kebersihan di Kudus peran semua
pihak sangat dibutuhkan. Akan tetapi, masih ada warga yang belum sadar. Contohnya
adalah warga di kompleks perumahan di Kudus, mereka tidak mau memisahkan antara
sampah organik dan nonorganik.
Memilah sampah organik dan anorganik
4.
Banjir
Masalah banjir masih membayangi beberapa daerah di
kabupaten Kudus. Daerah-daerah itu terletak di Kecamatan Undaan Desa Wates, Ngemplak,
Undaan Lor, Karangrowo, Larikrejo, Kutuk, Berugenjang, Bae, dan Wonosoco.
Selain itu juga ada desa Setrokalangan (Kecamatan Kaliwungu), Desa Jati
(Kecamatan Jati), Desa Ngembalrejo (Kecamatan Bae), Desa Kirig, dan sejumlah
desa di Kecamatan Mejobo dan Jekulo. Banjir juga perlu diwaspadai, karena bisa
menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan. Mulai dari menyebabkan gagal
panen, gatal-gatal, sampai penyakit yang lebih berat.
Untuk mengatasi banjir dan sekaligus sebagai
pengairan, tempat wisata air, air baku, dan listrik, pemerintah telah
mempersiapkan waduk Logung di lereng Gunung Muria. Waduk seluas 119 hektare ini
rencananya sudah bisa dioperasikan pada tahun 2018 nanti.
5.
Prostitusi dan pornografi
Prostitusi dan pornografi, dua hal ini juga berpengaruh
terhadap kesehatan. Prostitusi bisa berhubungan dengan penularan
penyakit-penyakit seksual (penyakit fisik) dan juga penyakit-penyakit mental
yang bisa timbul dari keretakan rumah tangga seseorang, perceraian, atau
lainnya; sedangkan pornografi bisa menyebabkan kerusakan otak dan kecanduan
yang lebih parah daripada kerusakan otak akibat narkoba.
Masih banyak pasangan-pasangan tidak resmi yang
terjaring dalam razia di hotel kelas melati di Kudus. Hotel-hotel ini di
antaranya terletak di Kecamatan Kota, Kecamatan Jati dan Kecamatan Kaliwungu. Selain
kasus prostitusi ada pula kasus pornografi. Kasus-kasus seperti ini perlu
segera ditangani dan dituntaskan jika Kudus ingin mewujudkan masyarakat yang
sehat.
Salah satu media pengedaran pornografi adalah
internet. Celah ini semakin perlu diwaspadai karena di 2015 ini semua desa di
Kudus (132 desa/kelurahan) akan dilengkapi dengan layanan internet gratis yang
bisa diakses oleh masyarakat melalui laptop atau ponsel. Dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan masyarakat di bidang teknologi informasi
serta memberikan fasilitas dan pelayanan masyarakat dalam hal akses internet
secara gratis di setiap kantor pemerintahan desa nantinya akan disediakan
layanan “hotspot” bagi masyarakat. Untuk mengatasi merebaknya kasus pornografi
dibutuhkan antisipasi berupa software antisitus porno. Software ini ditujukan
untuk memblokir situs porno secara otomatis saat situs dibuka. Mengingat
fungsinya, software ini sangat cocok pula jika digunakan untuk warnet, agar tidak
terbentuk warnet mesum.
6.
Miras dan narkoba
Miras dan narkoba adalah 2 barang haram yang pastinya
tidak baik untuk kesehatan. Keduanya bisa mengganggu fungsi fisik, mental,
pikir, dan fungsi-fungsi lainnya. Apalagi sebagai kota Santri, sangat tidak pantas
jika masih didapati miras atau narkoba di sana. Peraturan Daerah (Perda)
Kabupaten Kudus nomor 12 tahun 2004 sudah memuat bahwa minuman yang boleh
diperjualbelikan di Kudus kadar alkoholnya harus nol persen. Para polisi pun sudah
berusaha untuk menegakkan peraturan-peraturan itu, tetapi masih banyak yang
melanggar.
Dalam hal hukuman, pengguna/pecandu, pengedar dan
bandar narkoba mendapat perlakuan yang berbeda. Jika sekadar pengguna/pecandu
disyaratkan agar lapor sendiri ke kepolisian. Mereka akan direhabilitasi dan
tidak akan dihukum selama melaporkan sendiri dan benar-benar hanya sebagai
pengguna. Jika polisi yang menangkapnya, maka pengguna bisa dijerat Pasal 112
ayat 1 atau Pasal 127 ayat 1, UU 35/2009 tentang Narkotika dan untuk pengedar
dijerat Pasal 114 undang-undang yang sama.
7.
Pencemaran/polusi
Efek kesehatan akibat polusi
Jika kita berada di tengah polusi tentu saja tubuh menjadi tidak sehat, baik itu polusi air, tanah, udara, maupun suara. Salah satu polusi yang dijumpai di Kudus adalah polusi karena pengecoran jalan di Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo. Bahan dari dasaran cor beton yang jelek menyebabkan batu kris berceceran di mana-mana. Selain menyebabkan polusi udara, kondisi ini juga membahayakan para pemakai jalan di sana.
8.
Gaya hidup dan lingkungan
Tren penyakit menular maupun penyakit
tidak menular di Kudus masih sama-sama meningkat. Peningkatan pada keduanya
seimbang. Contoh dari penyakit tidak menular adalah penyakit degeneratif,
seperti diabetes mellitus, stroke, dan jantung koroner. Penyakit degeneratif
adalah suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh,
yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit yang umumnya diderita oleh
orang lanjut usia ini kini justru banyak menyerang usia produktif. Kemungkinan
penyebabnya adalah karena gaya hidup yang penuh stres.
Masalah yang timbul dari penyakit
menular contohnya terjadi di napi di rutan Kudus. Mereka sering menderita
gatal-gatal, flu, dan batuk. Ketiganya merupakan penyakit menular. Jika keadaan
kamar napi bersih, bisa jadi penyakit itu disebabkan karena menurunnya daya
tahan tubuh. Di sini, kebersihan dan pola hidup sehat sangat berpengaruh.
Faktor-faktor
di atas sangat menunjang tercapainya tubuh yang sehat, selain banyak-banyak
mendekatkan diri kepada Tuhan, bersosialisasi, berolahraga, dan memiliki pola
makan yang baik. Semua masalah yang terkait dengan faktor-faktor tadi perlu
untuk segera diantisipasi dan ditangani dengan solusi yang tepat.
Kudus
membangun dirinya terus-menerus, termasuk membangun warga dan lingkungan di
sana. Warga dan lingkungan Kudus harus sehat agar bisa mencerminkan slogan
“SEMARAK”. Kudusku pun menjadi sehat dan makin SEMARAK.
Sumber:
http://www.radarpekalongan.com/76974/napi-rutan-kudus-keluhkan-penyakit-menular/
http://jateng.tribunnews.com/2015/08/13/tahun-2032-kudus-diperkirakan-krisis-air-bersih-ini-penyebabnya
http://www.koranmuria.com/2015/10/20/20157/pengecoran-jalan-mejobo-kudus-bikin-warga-mangkel.html
http://www.antaranews.com/berita/509413/warga-kudus-mulai-kesulitan-air-bersih
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/penyakit-degeneratif-mulai-menyerang-pada-usia-produktif/
http://www.tribunnews.com/regional/2015/02/03/desa-di-kudus-bakal-dilengkapi-jaringan-internet-gratis
http://regional.kompas.com/read/2015/08/11/21272751/Waduk.Logung.Dibangun.Banjir.Kudus.dan.Pati.Diprediksi.Berkurang
http://daerah.sindonews.com/read/944829/22/puluhan-desa-di-kudus-rawan-banjir-dan-longsor-1420104995
http://www.antaranews.com/berita/492266/ratusan-hektar-sawah-di-kudus-terendam-banjir
http://www.kudus-online.com/2015/01/hujan-semalaman-beberapa-wilayah-di-kudus-dilanda-banjir-lagi.html
http://fajar.co.id/fajaronline-jateng/2015/10/26/bangunan-lumbung-pangan-di-kudus-mangkrak.html
http://www.koranmuria.com/2015/10/17/19874/kantor-ketahanan-pangan-kudus-bina-warga-manfaatkan-demplot-pekarangan.html
http://www.radiosuarakudus.com/2014/09/rumah-tangga-pertanian-di-kudus-menurun-tajam.html
http://www.iklansuaramerdeka.com/logung-dan-spam-solusi-krisis-air-bersih/
http://www.beritasatu.com/nasional/317670-10-desa-di-kudus-kesulitan-air-bersih.html
http://jateng.tribunnews.com/2015/07/29/kekeringan-warga-undaan-minta-air-bersih-ke-pmi-kudus
http://www.koranmuria.com/2015/09/21/17572/kekeringan-desa-kedungdowo-didroping-air-bersih.html
http://www.kebumenekspres.com/2015/09/kekeringan-warga-kudus-nekat-konsumsi.html
http://www.murianews.com/2015/07/01/40191/waspada14-desa-di-kudus-rawan-kekeringan.html
http://metrojateng.com/2015/06/29/20-hektar-sawah-di-kudus-gagal-panen/
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/27/206695483/air-dieksploitasi-petani-kudus-kesulitan-air
http://www.koranmuria.com/2015/10/20/20152/gandeng-ahli-tata-boga-pemkab-kudus-kampanye-olahan-pangan-lokal.html
http://www.murianews.com/2015/08/15/46742/sungai-di-kudus-turun-80-persen.html
http://daerah.sindonews.com/read/960706/22/ratusan-ribu-warga-kudus-belum-menikmati-air-bersih-1423144596
http://tajugkudus.blogspot.co.id/2015/02/keadaan-pertanian-kudus.html
http://www.radarpekalongan.com/68273/kebersihan-puskesmas-di-kabupaten-kudus-memprihatinkan/
http://www.koranmuria.com/2015/10/24/20523/saluran-air-alun-alun-simpang-tujuh-kudus-penuh-sampah.html
http://jowonews.com/2015/03/09/kudus-belum-lihai-dalam-pengelolaan-sampah/
http://www.murianews.com/2015/10/27/57442/rusunawa-kudus-benar-benar-kumuh.html
http://www.kudusku.com/2015/09/kudus-hati-hati-ternyata-50-persen.html?m=1
http://beritajateng.net/berita-jateng-terbaru-hari-ini/pemberantasan-peredaran-miras-dituding-tidak-serius/16642#
http://jateng.antaranews.com/detail/kasus-narkoba-di-kudus-seret-16-tersangka.html
http://m.tribunnews.com/regional/2015/06/17/berita-video-32-pasangan-mesum-terjaring-operasi-gabungan-di-kudus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar