Jumat, 24 Agustus 2012

Puisi Disabilitas

GELAP

Bumi berotasi
Malam pun berganti pagi
Namun bagiku malam tak pernah berlalu
Gelap tak kunjung sirna
Hanya hilangnya sang mentari sebagai penanda
Teriknya sang surya tak lagi kurasa
Alam pun terdiam, dingin, dan tenang
Itulah malam yang sebenarnya
Bukan hanya malamku,
Yang kurasa sendiri sepanjang hari
Di kesunyian yang kuresapi

Terkadang langit menangis
Bumi pun basah
Hujan tak terprediksi
Kadang malam, kadang pula pagi
Namun tahukah engkau bahwa aku mengerti
Kapan malam, kapan pula pagi
Tuhan Maha Adil, bukan?
Untuk kaum-kaum seperti kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar