Selasa, 27 Oktober 2015

Smart City, Teknologi, dan Kelestarian Lingkungan





Kemajuan teknologi membuat perubahan besar pada berbagai sektor. Dewasa ini istilah smart city muncul dan menjadi ide yang menyebar dengan cepat di berbagai kota di belahan dunia. Sebut saja Singapura, New York, Barcelona, dan lain-lain. Di Indonesia juga sudah banyak kota yang mengaplikasikannya, misalnya Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan masih banyak lagi. 


Ketika menyebut istilah smart city orang memberikan pengertian yang berbeda-beda, salah satunya berbunyi: smart city adalah suatu konsep pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan kota masing-masing. Terlepas dari konsep ataupun penerapannya di lapangan, saya melihat bahwa smart city yang ada di Indonesia ini lebih banyak menekankan pada sisi teknologi dan kecanggihan saja, padahal penerapan dari konsep ini mahal dan ada banyak masalah lain yang seharusnya lebih patut untuk mendapatkan prioritas utama. IBM (sebuah perusahaan komputer di Amerika Serikat) menuliskan ada enam indikator yang berpengaruh, yaitu masyarakat penghuni kota, lingkungan, prasarana, ekonomi, mobilitas, serta konsep smart living. Dari sini kita bisa melihat ada indikator lingkungan di dalamnya. Akan tetapi, di dalam prakteknya smart city ini belum menyentuh faktor lingkungan secara mendasar. Selain itu, ada kecenderungan bagi kota-kota untuk memilih menyelesaikan/menerapkan aplikasi/program yang sebenarnya bisa diserahkan kepada manusia dulu (belum perlu teknologi yang terlalu canggih). Para bupati dan walikota juga seperti ingin menerapkan semua kecanggihan teknologi tersebut untuk mengatasi berbagai masalah di kotanya, secepatnya. Ingin semua langsung berteknologi canggih dan masalah bisa tuntas dalam sekejap. Ini tidak mungkin, mengingat biayanya yang besar dan kesiapan-kesiapan kota tadi. Konsep smart city harus dilaksanakan secara bertahap dan program utama haruslah lingkungan. Lingkungannya dibenahi agar baik, lestari, dan berkelanjutan. Mereka harus bisa memilih yang paling utama untuk diselesaikan dengan konsep smart city ini.


Berbicara mengenai lingkungan, suatu kota harus bisa mengatasi masalah sampah dengan baik, masalah pencemaran, banjir, kekeringan, dan masih banyak lagi. Jangan lupakan pula isu krisis besar yang mengintai, yaitu krisis pangan, air, dan energi. Ketiganya saling berhubungan dan lebih baik dijadikan fokus utama, lebih dari fokus-fokus lainnya. Sehubungan dengan masalah energi, bukankah penerapan smart city itu membutuhkan energi yang besar? Sementara jika kita menggunakan energi dan bahan bakar fosil pencemaran akan meningkat. Terlebih lagi karena energi dari bahan bakar fosil ini juga keberadaannya sudah menipis, biasanya kota-kota yang sudah berpredikat smart city akan beralih ke energi terbarukan. 


Masalah lain kemudian muncul. Misalnya tentang air. Air ini dikenal sebagai salah satu sumber energi alternatif. Tetapi lihat keadaan di berbagai wilayah di Indonesia saat ini. Banyak sumber-sumber air yang mengering, air tanah menipis, dan sumber-sumber sisanya mengalami pencemaran. Bagaimana bisa air dijadikan sebagai sumber energi jika sumber-sumber airnya saja kering? Selain itu, bisakah warga menjadi smart tanpa minum, tanpa mandi, dan sebagainya? 

Bagaimana pula dengan biofuel dan biodiesel sebagai sumber energi alternatif? Tanaman-tanaman penghasil energi tadi kemudian pada akhirnya akan bersaing dengan tanaman pangan di lahan yang terbatas. 


Jangan lupakan pula adanya kebakaran hutan dan kabut asap yang terjadi setiap tahun, termasuk akhir-akhir ini? Itu adalah PR bagi suatu smart city. Bagaimana pemerintah bisa membuat suatu kebijakan yang baik; mencegah berulangnya kejadian serupa; kalaupun ada peluang tetap terjadi maka terjadinya akan sangat jarang, tidak parah, dan bisa diatasi dengan cepat, dan hal-hal semacam itu. Peristiwa semacam kebakaran hutan ini bisa menghabiskan banyak anggaran dari pemerintah. Jika perencanaan anggaran tidak tepat maka pembangunan bisa terganggu. Penerapan smart city apalagi. Dari mana biaya untuk menyelenggarakan kota cerdas itu nantinya jika anggarannya sudah terserap ke sektor bencana?


Hutan ini bukan sekadar hutan, tetapi jika rusak akan mempengaruhi ketersediaan air, meningkatkan pemanasan global, mengganggu kelestarian hewan, dan masih banyak lagi lainnya. 


Jadi, mari diluruskan agar smart city itu tidak sekadar tentang CCTV, WiFi, sensor parkir, panic button, atau tentang aplikasi-aplikasi dan software-software. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan memperbaiki kinerja dan mengoptimalkan apa yang ada serta meningkatkan peran serta masyarakat. Kita harus bisa membedakan antara smart city sebagai ajang bisnis para pelaku IT/industri IT dengan smart city yang sebenarnya. Kota cerdas yang sebenarnya jangan sampai mengabaikan alam dan sisi humanisme manusia. Gunakan teknologi sewajarnya saja lalu sentuhlah masalah yang lebih mendasar dulu, masalah kelestarian lingkungan dan alam serta keberlanjutannya. Dengan demikian, smart city yang terbentuk akan benar-benar smart. Kita tidak perlu utang, alat-alat teknologi canggih atau pembangunan sesuatu itu juga nantinya tidak mubazir, masalah-masalah utama tadi tidak akan menghancurkan hasil-hasil dari aplikasi smart city pada hal-hal yang kurang perlu (bisa dikesampingkan dulu), dan sebagainya. Smart city yang demikian adalah smart city yang sesungguhnya dan perlu didukung penerapannya di Indonesia. Jadi, sektor teknologi dan sektor-sektor lain harus bisa berjalan dengan seimbang.







Minggu, 25 Oktober 2015

Cirebon Berproses Menjadi Smart City



Smart city, spesifik untuk tiap kota

Tren smart city telah meluas di berbagai kota di dunia. Barcelona, New York, London, Nice, Seoul, Amsterdam, Copenhagen, Melbourne dan Singapura telah menerapkannya. Indonesia pun tak mau ketinggalan. Sudah ada sekitar 20 daerah di Indonesia yang menerapkan konsep smart city, di antaranya adalah Bandung, Yogyakarta, Makassar, Banda Aceh, Palembang, Balikpapan, Bogor, Surabaya dan Banyuwangi. Kini, Cirebon bermaksud untuk ikut menyusul. Bagaimana kesiapannya dan seperti apa smart city yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan di sana?

Menurut Prof. Dr. Achmad Djunaedi, guru besar Arsitektur dan Perencanaan UGM, dilansir dari Balairungpress.com, smart city merupakan konsep penataan kota dengan peningkatan peran infrastruktur publik serta pembangunan yang tidak ego sektoral, artinya pembangunan tersebut harus memperhatikan dampak terhadap lingkungan sekitar. Smart city tidak hanya sebatas kecanggihan teknologi, tapi juga diikuti dengan perbaikan lingkungan, energi, sumber daya manusia, kesehatan, pendidikan, sosial, infrastruktur,  dan lainnya.

Di dalam pelaksanaan smart city, menurut IBM (sebuah perusahaan komputer di Amerika Serikat) ada enam indikator yang berpengaruh, yaitu masyarakat penghuni kota, lingkungan, prasarana, ekonomi, mobilitas, serta konsep smart living. Indikator-indikator ini boleh dipilih satu atau beberapa sesuai dengan tema dan kebutuhan yang penting/mendesak di kota itu. Jadi, smart city di suatu kota bisa berbeda dengan kota lainnya.


Masalah-masalah di kota Cirebon

Sampah di TPA Kopiluhur Cirebon

Sebagaimana telah diuraikan di atas, smart city diterapkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kota. Jika kita ingin membawa Cirebon menjadi salah satunya, maka petakan dulu masalah-masalah yang terdapat di sana. Ternyata Cirebon masih mempunyai banyak PR yang harus dituntaskan, di antaranya berupa masalah pencemaran dan kelestarian lingkungan (sampah, limbah industri, penggundulan hutan, perusakan gunung, dan ancaman banjir serta longsor), gelandangan, PSK, miras, kemiskinan, dan rendahnya pendidikan. Data terakhir dari Dinas Sosial Kota Cirebon menunjukkan bahwa jumlah total masyarakat miskin ada 17903, dengan rincian masyarakat mendekati miskin 7.732 rumah tangga sederhana (RTS), masyarakat miskin 9397 RTS dan masyarakat yang sangat miskin 774 RTS.


Mulai Melangkah Menuju Smart City

Terwujudnya smart city dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:

1.  Manajemen dan organisasi
Manajemen dari organisasi harus terstruktur agar bisa berjalan baik, seimbang  dan  lancar.  

2.  Teknologi
Sebuah  smart  city  bergantung  pada  smart  computing.  Smart computing mengacu pada generasi baru hardware, software dan jaringan teknologi yang menyediakan sistem IT real-time. Contoh teknologi yang dibutuhkan adalah sensor pintar, komunikasi antar mesin, komputasi awan, media sosial, dan teknologi Geographical Information System (GIS).

3.  Pemerintahan
Kota yang pintar membutuhkan sistem pemerintahan yang efektif dan efisien, pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan yang baik, serta birokrasi yang bersih dan melayani. 

4.  Kebijakan
Perpindahan dari  sebuah kota biasa menjadi smart city memerlukan interaksi komponen teknologi dengan politik dan kelembagaan. Komponen politik  mewakili  berbagai  elemen  dan  tekanan  eksternal,  seperti  kebijakan  politik  yang mungkin  mempengaruhi  ide  dibentuknya smart  city.  Kebijakan  sangat penting  bagi  dipahaminya  penggunaan sistem informasi. Perubahan kebijakan dan terbentuknya regulasi yang baik sangat bergantung pada pemerintah yang inovatif.

5.  Masyarakat
Masyarakat adalah faktor utama penentu berhasil/gagalnya smart city. Mereka dituntut  untuk  ikut  dalam pengelolaan  dan  penyelenggaraan  kota, hidup seimbang dengan lingkungan, menjaga fasilitas publik, serta  menjadi  pengguna  kota  yang  aktif. 

6.   Ekonomi
Sebuah  kota  berdaya  saing  ekonomi tinggi  dianggap  bersifat  smart city.  Ekonomi  adalah  salah  satu  daya  saing  inovasi,  kewirausahaan,  dan produktivitas dari kota itu.

7.  Infrastruktur
Pembangunan  infrastuktur  ICT semacam WiFi dan hotspot merupakan hal mendasar dalam smart city. Pembangunan  ini  tergantung  pada  beberapa faktor terkait untuk kinerja dan ketersediannya. Selain itu, pembangunan infrastruktur tersebut harus efisien dan bisa membuat masyarakat nyaman.

8.  Lingkungan
Faktor  lingkungan  dianggap  sebagai  faktor  yang  mempengaruhi  kemajuan  smart city karena nantinya lingkungan sebuah kota menggunakan teknologi yang baru.

9. Sumber energi yang cukup
Smart city membutuhkan sumber energi yang besar, yang berasal dari pasokan listrik. Untuk mengurangi intensitas karbon dari energi yang digunakan maka efektivitas, efisiensi pasokan dan jaringan distribusi harus diperhatikan. Beberapa alternatif sumber energi terbarukan berikut ini bisa dipilih, yaitu energi air, angin, sampah, ombak, dan matahari.

10. Vendor teknologi
Vendor teknologi sangat berperan di dalam terwujudnya smart city.


Smart City


Setelah mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh, selanjutnya kita perlu mengambil langkah-langkah yang tepat, seperti di bawah ini:

1.  Berfokus pada masalah yang mendasar dulu, lalu selesaikan! 

2.  Mencari pemimpin dari sektor pemerintah.
Mahalnya biaya smart city membuka peluang terjadinya kerja sama dengan swasta. Tapi ingat karena ini adalah sektor yang sangat penting, pemimpin harus dari pemerintah. Selain itu, pemimpin ini juga harus kompeten dan mampu berkomunikasi dengan warga.

3. Menyatukan semua visi masyarakat, pemerintah, swasta, akademisi, relawan dan bisnis. 

4. Mendorong dan menggunakan pola baru struktur

5. Membuat kasus bisnis
Jaringan sensor membutuhkan infrastruktur yang mahal. Sebuah visi yang memberikan nilai tambah ekonomi, sosial dan lingkungan bisa menjadi kunci untuk menarik investasi. 

6. Membangun dan menggunakan infrastruktur pintar. 

7. Membuat desain dari bawah ke atas

8. Bersikap hati-hati
Penerapan smart city harus didahului dengan perencanaan yang matang: bagaimana keterkaitan antar sektor, tahapan-tahapan dan target pada tiap tahapan, serta sejauh mana manfaatnya jika dibandingkan dengan biaya dan risikonya, dan sebagainya.

9. Mendidik warga
Sebuah kota pintar membutuhkan warga yang pintar pula, dalam arti melek teknologi, mau memelihara fasilitas, menggunakan alat-alat sesuai peruntukannya, dan semacamnya. 

10.    Mempersiapkan model pembiayaan yang mampu
Biasanya, model standar pembiayaan investasi infrastruktur konvensional tidak memadai dalam membangun sebuah kota pintar, sehingga diperlukan model dan pendekatan baru. Misalnya, menggunakan tabungan dari teknologi dengan model jatuh tempo seperti smart meter, bisa mendanai penelitian teknologi lainnya dan pengembangan bersama berbagai bagian dari infrastruktur pintar.


Sesuai dengan namanya, semua sistem di dalam smart city harus dilakukan/diterapkan secara cerdas. Teknologi informasi yang digunakan harus bisa berdampak besar pada efektivitas kinerja pemerintahan dan keterhubungan antar aktor (stakeholders). 

Beberapa sistem di bawah ini merupakan sistem yang sekiranya cocok untuk digunakan di Cirebon, yaitu:

1.    Smart transportation
Penggunaan panel surya untuk lampu lalu lintas dan lampu kota, transportasi yang waktu dan rutenya saling terintegrasi (smart transport management), adanya sensor di lampu lintas yang mampu mengatur nyala lampu sesuai kondisi lalu lintas.  

2.    Smart government
Kemudahan mengurus perizinan, surat-surat, dan sebagainya melalui online; tata kelola korespondensi pemerintahan secara digital; adanya aplikasi yang bisa menampung aspirasi, laporan, maupun keluhan warga secara real time/bisa juga dengan media social mapping; serta adanya pusat pengendali (command center).


 
Bandung Command Center


3.    Smart learning
Karena smart city terutama berbasis pada teknologi, maka perlu ada pengajaran ilmu TIK atau pengadaan gadget murah yang harga jualnya terjangkau oleh masyarakat Cirebon.
Jika hal tersebut tidak memungkinkan maka bisa dibentuk suatu ruang publik (yang sebisa mungkin biaya aksesnya gratis) tempat warga bisa belajar kapan saja. Ruang publik ini tersebar di beberapa titik dan buka sampai malam (dicek dulu jam kunjung produktifnya sampai jam berapa). Sekarang ini banyak ditawarkan kuliah atau kursus online jarak jauh baik dari dalam maupun luar negeri. Ada juga yang bahkan gratis namun tetap bersertifikat (sertifikatnya bayar, misalnya Udemy). Ruang publik ini bisa dimanfaatkan untuk itu. Tentu saja warga perlu diajari bahasa Inggris terlebih dulu agar bisa mengaksesnya. Di Indonesia sendiri ada juga yang namanya Universitas Terbuka (UT), di sana kita bisa kuliah berbiaya murah dan waktunya fleksibel. Jurusannya pun banyak. 

Cara lainnya adalah dengan menyediakan suatu ruang yang luas dengan fasilitas IT yang memadai plus instruktur yang kompeten dan mampu mentransfer ilmu dengan baik.
Bukan cuma itu, smart learning juga bisa diselenggarakan dengan mengintegrasikan platform cloud untuk pendidikan, sistem kelas interaktif, peralatan pelatihan untuk produksi video mikro, dan aplikasi mobile learning.

4.    Smart environment
Meningkatkan ruang terbuka hijau, meningkatkan kualitas dan kuantitas air bersih, dan sistem manajemen energi.

5.    Smart living
Adanya sistem peringatan dini terhadap bencana alam dan pemasangan CCTV untuk memantau tindak kriminalitas.

Ke semua sistem tadi diharapkan bisa mendukung tercapainya tujuan dari smart city, yaitu: mengurangi permasalahan di masyarakat, meningkatkan layanan politik, memperbaiki pemerintahan, mencerdaskan masyarakat, mengelola potensi kota dan SDM, melestarikan lingkungan, meningkatkan daya saing ekonomi, serta membangun masyarakat madani.


Keuntungan dan Risiko dari Terbentuknya Smart City 

Menjadi smart city mempunyai beberapa keuntungan sekaligus beberapa risiko jika penerapannya kurang tepat. 

Keuntungan dari smart city adalah sebagai berikut:
1.    Membantu transparansi informasi publik
2.    Menghemat anggaran, misalnya yang terjadi di Pekalongan.
3.    Menghubungkan langsung antara warga dengan pemerintah atau instansi tertentu.
4.    Membuat aduan/masalah bisa direspon/ditangani dengan cepat.
5.    Segala sesuatu bisa dipantau jarak jauh secara real time.
6.    Mengurangi potensi percaloan.

Meskipun demikian, smart city juga menyimpan beberapa risiko sebagai berikut:
1.    Mahal untuk diterapkan.
2.    Tidak melihat kemungkinan pelanggaran sehingga cenderung menyalahkan alatnya (itu bukan saya yang membuat keputusan, itu data).
3.    Privacy berkurang atau hilang karena diawasi terus.
4.    Kemampuan manusia bisa melemah dan organ tubuh menyusut.
5.    Berpotensi meningkatkan angka pengangguran.
6.    Data bisa disalahgunakan atau diperjualbelikan.
7.    Kemungkinan dapat terjadi ke-error-an operasional, crash, hang, dan lain-lain.
8.    Menurunkan interaksi sosial/humanisme.
9.    Ancaman bahaya wifi dan semacamnya bagi tubuh.
10.    Menurunnya kepercayaan kepada manusia dan lebih percaya kepada mesin/alat.
11.    Warga harus sudah melek teknologi dan siap dengan teknologi itu.
12.    Memungkinkan dibutuhkannya peraturan  dan hukum baru atas kemungkinan munculnya kasus/pelanggaran baru.
13.    Kemungkinan diisikannya data palsu atau alat/aplikasinya dipakai untuk main-main.
14.    Kebingungan/ketidak-sanggupan, misalnya saat sensor menunjukkan ada 70 orang sedang sakit parah sedangkan ambulans hanya 10, apa yang akan dilakukan?
15.    Pengendalian terpusat memungkinkan terjadinya kejahatan, misalnya saat tombol pengendali disabotase/dimatikan maka piranti-piranti yang terhubung bisa kacau, memudahkan terjadinya pencurian, dan sebagainya.
16.    Ancaman keamanan pribadi.
Keamanan tidak ada karena data terbuka. Orang akan tahu segala gerak-gerik kita, kapan waktunya kita berada di tempat A, dan sebagainya.

Sebagai faktor risiko tentu saja hal-hal di atas belum pasti terjadi. Hanya saja, perlu diperhatikan secara khusus agar bisa diantisipasi sejak awal.
Berbicara mengenai smart city kita tidak bisa lepas dari teknologi. Nah apa hubungan antara smart city dengan teknologi 4G LTE? Simak penjelasan di bawah ini!


Smart city dan 4G LTE

Konektivitas yang aman, efisien, dan terdapat di mana-mana dibutuhkan oleh sebuah kota yang cerdas. Teknologi 4G LTE sangat cocok untuk itu. Saat ini penggunaan WiFi atau 2G sudah kurang dapat diandalkan atau ketinggalan jaman, jika terlalu banyak pengguna yang terhubung maka bandwith bisa dibatasi. Berbeda dengan keduanya, konektivitas dari 4G LTE tidak demikian. Dengan 4G LTE, CCTV bisa digunakan dengan lancar.

Ada sistem lain yang berbasis LTE juga, trunking namanya. Trunking adalah sistem komunikasi untuk banyak channel dalam satu frekuensi. Sistem ini dapat menyediakan berbagai layanan seperti voice/video trunking, video HD, koleksi data, konferensi video, lokasi dan enkripsi. Bukan cuma itu, ia juga mampu mendukung transmisi video HD, mendukung respon multi-party, serta mampu menjaga keamanan dan kerahasiaan dengan profesional enkripsi untuk suara, data, dan video. Aksesnya pun cepat (dalam 300ms), dengan laju data bisa mencapai 100 Mbps.


 Smartfren 4G LTE


Mengapa harus 4G LTE? Karena dengan 4G LTE penggunaan internet semakin cepat dan stabil. Beruntung bahwa Cirebon sudah terjangkau oleh layanan 4G LTE dari Smartfren, dengan jaringan melebihi 10 Mbps. Sebagai sebuah operator telekomunikasi dengan cakupan 4G LTE terluas di Indonesia, layanan Smartfren sudah tersedia di 22 kota besar di Indonesia. Bahkan, di tingkat dunia, cakupan 4G LTE Smartfren berada di peringkat 32. 

Untuk menawarkan kecepatan yang lebih tinggi dan cakupan yang lebih baik, Smartfren 4G LTE-Advanced memanfaatkan teknologi LTE Radio, Time Division Duplex (TDD) di pita frekuensi 2300 MHz dan Frequency Division Duplex (FDD) pada pita 850 MHz. Selain itu, Smartfren juga telah mengeluarkan produk berupa Andromax 4G LTE (Andromax R, Andromax Q, Andromax Qi, Andromax Ec, dan Andromax Es) serta modem MiFi. Modem MiFi merupakan modem yang stabil dan cepat, bisa digunakan sebagai hotspot dan powerbank atau sebagai media penyimpanan wireless. Jadi, dengan Smartfren 4G LTE, menggunakan internet atau melihat video bisa cepat dan lancar (tidak terputus-putus/buffer).


Dukungan dari Semua Pihak Sangat Dibutuhkan

 Blogger Cirebon dan Jingga Media

Di antara faktor yang mempengaruhi terwujudnya smart city adalah faktor masyarakat dan ekonomi. Masyarakat di sini bermacam-macam, ada yang dari kalangan akademisi, bisnis, awam, blogger, pecinta lingkungan, dan sebagainya. Sebagai bagian dari faktor masyarakat, peran blogger Cirebon tidak bisa dianggap remeh. Komunitas ini bisa diberdayakan secara aktif untuk meng-edukasi masyarakat yang belum tahu/paham. Komunitas ini bisa ambil bagian misalnya dalam pengajaran teknologi dan internet atau ilmu lainnya, menyuarakan ide-ide/solusi/kritik dan saran yang membangun ke dalam blog yang ditujukan kepada instansi terkait, membuat gerakan Nebenger’s (memberi tumpangan kepada orang yang searah), dan sebagainya. Jika ini berhasil maka blogger Cirebon bisa menjadi pelopor bagi komunitas blogger lainnya untuk mendukung terbentuknya masyarakat pintar. 


Delman Wisata


Dari segi ekonomi, Aston Hotel Cirebon juga bisa berperan. Hotel ini sangat kreatif dan inovatif sehingga dapat mendukung terbentuknya ekonomi pintar. Ia adalah contoh dari smart hotel. Dengan menggabungkan konsep hotel dan wisata tempat ini menjadi sangat menarik untuk dikunjungi. Ada becak wisata, delman wisata, sepeda wisata, golf simulator, mini zoo atau kebun binatang mini, mini soccer, basket mini, polo air serta permainan anak-anak untuk di kolam renang, dan yang terbaru adalah kids corner istana keluarga.


Dilaksanakan Secara Bertahap

Masalah terberat dalam penerapan smart city sebenarnya adalah kurangnya kesadaran akan manfaat TIK, disusul oleh keterbatasan anggaran serta keterbatasan kapasitas birokrat. Sebagaimana kota-kota yang lain, Cirebon juga berpotensi untuk menjadi smart city. Akan tetapi, prosesnya bertahap. Jalan menuju ke sana membutuhkan dana yang besar dan dukungan dari masyarakat serta persiapan dan perbaikan pada berbagai faktor lainnya. 

Bagi saya pribadi, smart city yang sebenarnya selain mencakup kecanggihan teknologi haruslah mencakup kota yang hijau, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan, serta masyarakat yang humanis, aman, sejahtera, sehat, dan bahagia.

Cirebon menjadi smart city? Mungkin saja.






Sumber:
http://www.fajarcirebon.com/read/2015/07/01/3651/jaring.tamu.wisatawan.aston.cirebon.terus.lengkapi.fasilitas.untuk.keluarga
http://news.fajarnews.com/read/2015/08/27/4742/smart.city.2.000.cctv.bakal.dipasang.di.sudut.kota.cirebon
http://nasional.inilah.com/read/detail/2244806/menteri-yuddy-berharap-cirebon-jadi-smart-city
http://www.antaranews.com/berita/517426/jelang-mea-zte-tawarkan-solusi-ict-untuk-smart-city
http://www.theguardian.com/cities/2014/dec/17/truth-smart-city-destroy-democracy-urban-thinkers-buzzphrase?CMP=share_btn_fb
http://bincangpagi.com/era-teknologi-saatnya-cirebon-menjadi-smart-city/
http://www.cirebonpos.com/kemiskinan-kepung-kota-cirebon/
http://www.pikiran-rakyat.com/luar-negeri/2015/04/24/324770/ktt-kota-cerdas-asia-afrika-deklarasikan-5-syarat-smart-city
http://www.techno.id/telco/didukung-kombinasi-spektrum-smartfren-4g-lte-siap-melenggang-150810a.html
http://www.rcrwireless.com/20150824/opinion/reader-forum-4g-ltes-role-in-u-s-smart-city-development-tag10
http://upeks.co.id/smart-city/smartfren-operator-terluas-cakupan-4g-lte.html
http://www.smartfren.com/4g/
http://www.wiranurmansyah.com/yuk-siap-siap-untuk-internet-super-kenceng-dari-smartfren-4g-lte
http://www.padudadi.com/2015/09/hadir-di-cirebon-jaringan-4g-lte-smartfren-lewati-10-mbps.html
http://smartcityindonesia.blogspot.co.id/
https://news.microsoft.com/id-id/2015/09/29/pentingnya-kemitraan-publik-privat-untuk-mendukung-percepatan-pembangunan-kota-sekunder-indonesia-menuju-smart-city/
http://d7news.com/matematika-untuk-smart-city/
http://telko.id/486/microsoft-dukung-12-kota-sekunder-di-tanah-air-jadi-smart-city/
http://www.theguardian.com/public-leaders-network/2015/aug/06/10-steps-to-building-a-smart-city
https://naashir.wordpress.com/2014/11/07/smart-city/
http://ict-umsida.blogspot.co.id/2015/02/smart-city-project.html
http://www.plimbi.com/news/158601/smart-city-konsep-kota-cerdas
http://balairungpress.com/2015/05/mewujudkan-smart-city-konsep-alternatif-penataan-kota/
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/07/23/058685815/bandung-smart-city-ini-2-aplikasi-andalan-ridwan-kamil
http://www.theguardian.com/public-leaders-network/2015/jul/17/smart-home-safe-future-internet-things-privacy